Jumat, 15 Juli 2016

PENGUJIAN BENIH

Pengujian Benih 

Pengujian Benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian benih dilakukan di laboratorium untuk menentukan mutu fisik dan mutu fisiologik.
Pengujian mutu fisik meliputi :
1. Pengambilan contoh benih
2. Kemurnian benih
3. Kadar air benih
4. Berat 1000 butir benih
Pengujian mutu fisiologik meliputi :
1. Uji daya kecambah
2. Uji kekuatan tumbuh (vigor)
3. Uji Tetrazolium
4. Uji Kesehatan benih

Pengujian Mutu Fisik

1. Pengambilan contoh benih

Ada 4 macam contoh benih yang dinyatakan dalam ISTA (International Seed Testing Association) :
1. Contoh primer : Benih diambil dalam jumlah yang besar
2. Contoh Campuran : Semua contoh primer dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat
3. Contoh Submitted Sample (contoh yang dikirim ke laboratorium) : Contoh campuran yang dikurangi sampai jumlah tertentu sesuai dengan yang ditetapkan kemudian dikirim ke laboratorium
4. Contoh Kerja : Contoh benih yang diambil dari submitted sample dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium. Contoh benih ini bisa diambil dengan alat Seed Trier.

2. Kemurnian Benih

Merupakan presentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. 
Tujuan dari analisa kemurnia benih :
1. Menentukan komposisi berdasar berat dari contoh benih yang akan diuji
2. Identitas berbagai species dan partikel-partikel yang lain yang terdapat dalam contoh benih.
Dalam uji kemurnian benih, benih dipisahkan menjadi 4 komponen :
1. Benih murni, merupakan segala macam biji-bijian yang berasal dari suatu jenis yang sedang diuji, baik yang mengkerut, belah atau rusak maupun bagian pecah biji dengan ukuran yang lebih besar dari setengah ukuran asli.
2. Benih species lain/benih tanaman lain, merupakan biji dari semua jenis dan atau varietas yang tidak termasuk varietas yang ditentukan namanya pada label.
3. Benih gulma, adalah semua biji yang berasal dari tanaman yang umumnya dianggap sebagai tanaman pengganggu.
4. Kotoran/bahan lain,  adalah semua bahan yang ukuran biji, termasuk biji pecah, biji hampa, sekam, pasir, kerikil dll.

3. Kadar Air Benih

Penentuan kadar air benih sangat penting dilakukan karena kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar air. Makin rendah kadar air, daya hidup benih makin lama. Tetapu perlu diingat pula kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan embrio. Kadar air yang optimum pada penyimpanan benih berkisar 6-8%.
Pada kadar air yang terlalu tinggi :
1. Benih akan berkecambah sebelum ditanam
2. Naiknya aktivitas respirasi yang berakibat habisnya cadangan makanan dalam benih
3. Merangsang berkembangnya cendawan patogen
Metode penentuan kadar air benih ada 2 macam :
1. Metode praktis, seperti Calcium carbide, metode Electric moisture meter dll.
2. Metode dasar, ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu dan dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk metode ini adalah metode oven, destilasi, Karl Fisher dll.

4. Penentuan Berat 1000 butir

Pada uji ini benih dihitung dengan menggunakan spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna yang kontras kemudian benih ditimbang.

5. Uji Daya Kecambah

Daya kecambah benih memberikan informasi akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum.
Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecamah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur yang diamati secara langsung.
Hal yang diperlukan dalam pelaksanaan uji kecambah antara lain :
1. Alat : meja analisa, alat pengecambahan benih, pinset, kaca pembesar dll
2. Substrat : kertas, pasir, tanah
3. Kondisi yang serba optimum : kelembaban, aerasi, temperature, cahaya
4. Evaluasi kecambah : normal, abnormal, mati
5. Perlakuan pemecahan dormansi (bila diperlukan)
Kriteria kecambah normal :


1. Memiliki perakaran baik (tidak boleh kurang dari 2)
2. Hipokotil baik
3. Pertumbuhan plumula sempurna, epikotil sempurna dengan kuncup yang normal
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah monokotil dan dua untuk dikotil
Kriteria kecambah abnormal :

1. Kecambah rusak, tanpa kotiledon, embrio pecah, akar pendek
2. Kecambah cacat dan perkembangannya lemah
3. Kecambah tidak memiliki clorofil
4. Kecambah lunak
Metode Uji Kecambah 
1. UDK (Uji Di atas Kertas)
Menguji benih dengan menggunakan substrat kertas. Metode ini sangat baik untuk benih yang membutuhkan cahaya perkecambahannya.
Caranya :
  1. Substrat (3-4 lembar) diletakkan pada alas petridis atau cawan plastik 
  2. Basahi substrat, biarkan air sampai meresap kemudian air lebih dibuang
  3. Tanam benih diatas lembar substrat dengan menggunakan pinset
Untuk benih yang besar cukup 10 butir sedang benih yang kecil 25 butir.
2. (UAK) Uji Antar Kertas
Metode ini digunakan untuk benih yang tidak peka terhadap cahaya. Contoh benih bayam, padi, sorgum.
Caranya :
  1. Siapkan substrat kertas ukuran 20 x 30 cm, 3-4 lembar atau setebal 1 mm
  2. Rendam dalam air beberapa menit sampai basah. Hilangkan air sampai air tidak menetes lagi.
  3. Letakkan substrat dan bentuk lipatan kertas pada bagian tengahnya
  4. Benih ditanam dengan pinset pada 1/2 bagian lipatan tadi agak masuk kedalam. Jarak tanam jangan berdekatan.
  5. Tutup benih dengan 1/2 bagian substrat yang lain.
  6. Lipat pinggir substrat 1 1/2 cm ke dalam kecuali bagian yang dilipat
3. UKD (Uji Kertas Digulung)






Pada uji ini kertas digulung. Digunakan pada benih yang tidak peka cahaya.
Caranya :
  1. Siapkan substrat ukuran 20x30 cm dan plastik ukuran yang sama
  2. Tanam benih dilembar substrat yang telah dibasahi
  3. Tutup benih dengan lembaran substrat yang lain dan gulung
  4. Masukkan ke dalam germinator
4. Metode Uji Daya Kecambah secara langsung
Metode ini menggunakan substrat pasir dan tanah. Untuk benih yang keil disebar diatas substrat sedang benih yang besar ditanam dengan kedalaman tertentu.

6. Uji Kekuatan Tumbuh (Vigor)

Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi :
1. Vigor genetik : vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda
2. Vigor fisiologi : vigor yang dibedakan dalam galur genetik yang sama
Vigor dibedakan :
1. Vigor benih, cirinya tahan disimpan lama, tahan terhadap hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya, dapat menghasilkan tanaman dewasa yang normal.
2. Vigor kecambah
3. Vigor bibit
4. Vigor tanaman
Rendahnya vigor pada benih disebabkan :
1. Genetis, ada kultivar tertentu lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
2. Fisiologis, kondisi fisiologis yang menyebabkan rendahnya vigor benih adalah Immatury yaitu kekurang masakan benih pada saat panen dan kemunduran benih saat penyimpanan.
3. Morfologi, benih yang kecil biasanya menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibanding benih yang besar.
4. Sitologis, Kemunduran benih yang disebabkan oleh aberasi kromosom.
5. Mekanis, kerusakan mekanis pada saat panen, processing atau penyimpanan bisa menyebabkan turunnya vigor.
6. Mikrobia, mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oleh benih akan berbahaya pada saat penyimpanan karena bisa mendorong patogen berkembang dan menurunkan vigor.

7. Uji Tetrazolium 

Uji tetrazolium adalah cara untuk menguji viabilitas suatu benih pohon-pohonan tertentu yang dorman dan sangat lambat perkecambahannya. Uji ini menggunakan garam tetrazolium. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna. Di dalam jaringan sel hidup zat ini ikut serta dalam proses reduksi.
Uji tetrazolium dilaksanakan dalam 3 tahap :
1. Pengaktifan dan atau reaksi dehidrogenerasi dengan penyerapan air
Tahap ini hampir 16 jam. Pada tahap ini benih kecil dibiarkan mengembang di permukaan air, sedangkan pada benih yang besar dibiarkan berimbibisi diantara kertas-kertas yang lembab.
2. Persiapan benih untuk membiarkan daerah embrionik mudah dimasuki larutan tetrazolium pada proses imbibisi selanjutnya. Tahap ini membutuhkan waktu sekitar 8 jam.
3. Evaluasi benih
Tahap ini merupakan bagian yang tersulit karena dibutuhkan pengetahuan tentang morfologi benih dan jaringan embrionik untuk memungkinkan menentukan bagian apa saja yang penting dari embrio yang harus berwarna.

8. Uji Kesehatan Benih

a. Pemeriksaan Benih Kering
Benih diperiksa secara kering apakah tercampur kotoran dll. Apakah ada tanda-tanda penyakit, cendawan, dll.
b. Pemeriksaan secara perendaman
Ini dilakukan untuk mendeterminasi cemdawan yang melekat atau tumbuh dipermukaan benih.
c. Pemeriksaan dengan cara inkubasi
Ada 3 cara :
  1. Metode kertas
  2. Metode agar
  3. Metode inkubasi dengan media batu bata, pasir, tanah
  4. Metode Growing on test (memberikan perlakuan benih terhadap hama dan penyakit)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar